Minggu, 06 Desember 2009

PEREMPUAN BERPUNDAK BAJA

Kodrat sebagai perempuan bukanlah penghalang bagi Bu Ida Befar untuk tetap bekerja sebagai tukang pikul semen. Ia, dengan semangat tinggi bertekad menghidupi anaknya agar bisa sekolah tinggi.

Keringat mengucur dari dahinya, ditambah pekatnya debu semen yang dihempaskan dari pundaknya, tidak dihiraukannya. Bobot 50 kg semen berpindah dari mobil ke gudang penyimpanan. Kain serbet sebagai alat pengaman dari debu, membungkusi mukanya, sehingga matanya saja saja yang kelihatan. Bajunya ditempeli debu yang begitu pekat, namun semangat juangnya tetap kuat untuk bekerja.

Ida Befar, yang biasa disapa Ida oleh teman- teman sekerjanya di Perusahaan Gudang semen 45 selalu bersemangat melakukan pekerjaannya. Jam 8 pagi ia sudah meninggalkan rumah dan anaknya tercinta, dan berkumpul dengan keluarga kembali jam 19 malam. Saban hari ia bergelut dengan pekerjaan yang menantang ini. Bobot 50 kg semen menjadi makanannya setiap hari. Pekerjaan sebagai tukang pikul semen yang tidak lazim dilakukan oleh seorang wanita, sudah dijalani selama empat tahun. “Awalnya pekerjaan ini berat, tapi karena sudah terbiasa, ya nga terasa lagi,” Ujar mama dari Christina Ronsumbre ini

Wanita yang dilahirkan di Jayapura, 10 Juli 1975 ini, mengaku minimnya perhatian pihak perusahan terhadap nasib buruh yang bekerja selama ini. Pekerjaan ini sarat dengan resiko bagi kesehatan menimbulkan sesak nafas, batuk serta bisa tertimpa oleh tumpukan semen yang disusun setinggi 35 tumpukan. Pekerjaan ini hasilnya tidak seimbang dengan berat dan resiko yang dihadapi. “Pekerjaan ini berat mas, namun hasilnya tidak sesuai. Apalagi resikonya bagi kesehatan kami, tapi mau bagaimana lagi,” ujar ibu yang mempunyai motto ‘Bekarja dan Berdoa’ ini.

Penghasilan bu Ida dari memikul semen diupah sebesar 500ribu per dua minggu. Hasil ini belum dari cukup, namun ia tetap menyisihkan penghasilannya kerekening yang dia buat khusus untuk persiapan masa depan pendidikan anaknya tercinta. “Sedihnya kalau kita sakit, tidak ada jaminan yang diberikan oleh pihak perusahaan. Kita sakit ya kita tanggung sendiri uang berobatnya. Kalau kita minta bantuan kepada pimpinan, selalu berbelit- belit,” kata

Cinta Bersemi

Tempat pekerjaan merupakan salah satu untuk menemukan jodoh. Itulah yang dialami bu Ida. Ia menemukan tulang rusuknya Welhelmos Ronsumbre yang menjadi suaminya pada saat ini. Pernikahan mereka dikaruniai seorang putri yang pada saat ini sudah duduk dibangku kelas 1 sekolah dasar. Suami bu Ida, Welhelmos memiliki pekerjaan sama dengan dirinya, tukang pikul semen. Welhelmos menekuni pekerjaan ini sejak tahun 1991. jadi sudah 18 tahun ia bekerja sebagai buruh, tanpa memikirkan untuk pindah mencari pekerjaan lain. “Saya tidak punya keterampilan lain mas,” Ujar Welhelmos.

“Untuk perusahaan dan pemerintah, tolong perhatikan yang kerja, apalagi yang pikul-pikul semen ada perempuan. Pekerjaan ini berat, penuh resiko, namun upahnya tidak sesuai, sedangkan kebutuhan hidup meningkat,” ujar Ida penuh harap. (Jon/ CR 7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar