Minggu, 06 Desember 2009


ATLET MINIM PERHATIAN

“Air mataku menetes ketika membuka amplop,

isinya jauh dari harapan”

Suhu udara agak panas, terlihat beberapa orang bapak sedang duduk-duduk sambil bercerita ria dengan bertelanjang dada. Begitulah pemandangan di deretan kos- kosan di jalan mana lagi, Polimak Asri.

Penghuni salah satu kos- kosan ini adalah Sofia Worumi, yang biasa disapa Fia oleh teman-temannya.

Wanita kelahiran Jayapura, 8 November 1986 ini bercita- cita jadi atletik, namun seiring dengan berjalannya waktu akhirnya ia menjadi seorang petinju. Atas ajakan sang suami. “Sudah ko ikut saya latihan tinju saja,” kata Fia meniru kata suaminya.

Meniti karir

setelah menyelesaikan pendidikan SMAnya, Fia langsung terjun kedunia tinju. Ia dilatih langsung oleh Apolos Kurni, selama 2 tahun, bertempat di Entrop. Pertandingan pertama kali dilakoninya pada tahun 2007, dikelas bulu 57 putri, dalam Kejurda (Kejuaraan daerah- red) memperebutkan Piala Gubernur, namun dibabak penyisihan kalah. “Saat itu masih pemula, jadi asal pukul saja,” kata anak dari Esau Worumi dan marta Waembu ini.

Pada tahun 2008, Fia bergabung di Sasana Pemancar Boxing Club (PBC- red) dilatih langsung oleh Hengky Jarisetouw. Disini Fia diasah dan dipersiapkan untuk menghadapi pertandingan dikelas ringan 60 kg senior Pada Open tournament tinju amatir Andarias Jarisetouw cup. Akhirnya dapat juara dua. “Saya senang karena saya bisa mencapai juara dua,” kata ibu yang hobi bernyanyi ini.

Bulan November, Fia Mewakili kab. Jayapura dikelas 57 kg pada kejuaraan tinju Pangdam Cup 2008 di Fak- fak. Dalam pertandingan memperoleh juara tiga. “Saya bangga bisa mewakili Kab. Jayapura dan mengharumkan nama Jayapura,” katanya.

Minim perhatian

Fia dan Suaminya sama- sama petinju. Beberapa kali mengikuti perlombaan dan memenangkannya. Bahkan suaminya Oktovianus Jouwe selalu juara satu dalam pertarungan, bahkan sampai masuk pada Pra PON. Kedua Atlet ini sudah mengharumkan nama Kab. Jayapura. Namun sungguh ironis perhatian pemerintah terhadap para atlet tidak ada. “Pas mereka butuh, mereka panggil, namun setelah selesai pertandingan kita dibuang seperti sampah. Apalagi kita hanya menerima uang pas habis pertandingan saja. Waktu itu saya juara 2, dari PBC memberi 1.5 juta, namun dari ketua Pencab hanya 750ribu. saya sampai mau menangis, kita sudah berjuang tetapi hanya dihargai segitu,” kata Fia

Untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari dan kebutuhan anaknya Imanuel Jouwe yang berusia 5 tahun, Fia mengojek di Pangkalan ojek Mana lagi, Polimak Asri, sedangkan suaminya menjadi buruh di pelabuhan. “Saya dan suami sudah memasukan lamaran kerja ke dinas- dinas, bahkan kemarin ada CPNS dibuka, kami memasukan lamaran kebidang atletik, namun lamaran kami ditolak mentah- mentah. Katanya mereka hanya membutuhkan yang juara satu saja. Sudah melakukan pendekatan kepejabat- pejabat namun hanya janji- janji manis yang didapatkan. Saya dan suami hanya butuh pekerjaan, tidak lebih dari itu. Jadi security juga nga apa- apa,” kata Fia berharap. (Jon/ CR 7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar