![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEW88_3TMLPcX37DvMugyX4bumh26nhRRllc8Yj7ABjjYO8dLRWcopxAuxW_ZOOkfvdP9U12eL-qtQUQD18AmDbm5ycHnP-fU9jGoTW8XbNXWkukKScnKjkzA4JfWdxYJV7dil7XyCwBE/s320/Keramba+milik+Stev+di+Kampung+Asei+Kecil+(3).jpg)
BUDIDAYA IKAN, OMZET MENGGIURKAN
“Budidaya ikan keramba di Danau sentani
membuat omzet kotor saya setiap bulan 20 juta,” kata stev
Danau Sentani, yang terletak di kab. Jayapura, Papua sungguh mengagumkan. Sepanjang jalan mata akan dipuaskan dengan pemandangan Danau Sentani yang seperti tak akan ada habis- habisnya. Danau yang memiliki Luas 3,63 hektar dengan ketinggian 75 meter di atas permukaan air laut ini dikelilingi bukit- bukit nan indah. Kekayaan Danau yang luar biasa, berbagai jenis ikan air tawar bisa ditemukan antara lain: Ikan mujair, ikan mas, ikan gabus dan ikan hiu gergaji yang langka, yang dapat ditemukan hanya di Danau Sentani.
Di kampung Nendali, Sentani Salah satu kelompok yang mendapat bantuan dari dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi. Kelompok Smirna yang diketuai Wempi Wally, sejak tahun 2006 hingga kini mereka terus mengembangkan keramba yang ada. “Kita mendapat bantuan pas awalnya saja. Sekarang tidak lagi, kita hanya mengembangkan dan memutar hasil panen yang ada,” kata Wally.
Saat ini kelompok Smirna mengelola empat petak keramba. Dalam satu petak keramba dapat menghasilkan enam juta dengan harga Rp 25ribu/kg. Wally mengaku ada kesulitan dalam pendistribusian hasil panennya, karena selama ini pelangan tetapnya hanya satu orang saja, selain itu warga setempat. “Saat ini pemasarannya agak lambat, karena belum ada bos atau rumah makan yang langsung memborongnya. Jadi lakunya secara bertahap,” kata Wally
Wally menambahkan hambatan yang terjadi harga pakan ikan yang begitu tinggi, sehingga perkembangan ikan terhambat. Ia berharap kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi, supaya bisa menyediakan pakan ikan yang terjangkau. “Kalau bisa Dinas Perikanan Provinsi dapat menyediakan pakan yang lebih murah, karena sekarang harganya Rp 300ribu,” kata Wally
Selama ini sudah tiga kali memanen ikan yang ada. Hasil panen sudah dirasakan oleh Wally bersama kelompoknya. Bahkan selesai panen sudah disisihkan uang yang akan digunakan untuk keperluan kelompok seperti, uang pakan ikan, bibit baru, dan disetor ke Dinas untuk angsuran dana awal yang diberikan sebesar Rp 30 juta dalam satu kelompok berbentuk perlengkapan keramba bukan uang tunai. “Kita siapkan sembilan juta untuk pakan, dua juta untuk bibit dan angsuran ke dinas perikanan empat juta,” kata Wally
***
Selain dikelola secara berkelompok, bisnis keramba ikan nila ini juga dikelola secara perorangan. Salah satunya Stewart Rompas yang biasa dipanggil Stev, mulai mengeluti pengembangan budidaya ikan keramba sejak tahun 2005 di Kampung Asei kecil. Pada saat itu ia masih menyewa tempat, karena belum memiliki lahan. “Saya sewa 40 petak keramba dengan sewa pertahun Rp 25juta, dan bibit pertama kalinya 50ribu ekor,” kata pemuda 25 tahun ini.
Dengan modal sendiri sebesar Rp 150juta akhirnya tahun 2009 Stev sudah bisa membuat 40 keramba dengan ukuran 4x4 meter. Jadi saat ini Stev memiliki 160 m² dengan bibit awal 110.000 ekor. “Keramba ini murni dana sendiri, belum ada bantuan dari dinas perikanan dan keramba ini baru lima bulan, puji Tuhan sekarang sudah menghasilkan,” kata pemuda ini
Untuk pembibitan Stev memiliki lahan di Koya dan pembesaran dilakukan di keramba dengan alasan untuk mendapatkan citra rasa yang lebih enak. “Pengembangan ikan dikolam tidak enak karena berbau tanah, sedangkan di keramba citrarasanya beda,” katanya
Untuk menghemat pengeluaran, Stev tidak lagi membeli pakan ikan, tetapi ia dapat menjaring ikan di danau Sentani diolah kemudian dijadikan pakan ikan buatannya sendiri. “Dulu saya beli pakan ikan satu karung dengan berat 30 kg, harganya Rp 250ribu, tapi sekarang biar menghemat saya menjaring di danau saja,” kata Stev.
Saat ini yang sedang dikembangkan di keramba Stev ada ikan mujair dan sedikit ikan mas. Dengan usia panen 4-5 bulan dengan satu kali panen pendapatan kotor mencapai Rp 20juta. “Masih banyak tanggungan, karena saya juga mempekerjakan dua orang untuk membantu saya,” katanya.
Hasil panen didistribusikan dirumah makan dan penjualan ditempat, dengan harga Rp 35ribu/kg. “Hari ini saya dapat menjual 130kg,” katanya
Tantangan
Melakukan pekerjaan pasti ada resiko yang harus dihadapi. Selama ini yang dialami Stev tantangannya adalah keamanan, tingkat kematian stress dan kematian ikan dan pengalaman yang minim. “Tantangannya banyak, tetapi dengan tantangan itu saya bisa. Biar berkembang saya mencari refrensi dari buku dan bertanya kepada orang yang berpengalaman,” kata Stev
“Memang harus ada harga yang dibayar kalau kita ingin maju. Selama kita melakukan pendekatan dengan mereka dengan baik maka mereka akan menghargai kita juga. Saya membuat pekerjaan ini bukan semata- mata untuk mencari uang, tetapi bagaimana bisa menjadi berkat,” kata Sarjana Teknik ini.
Rio, seorang pekerja yang membantu Stev, kerjanya sehari- hari memberi makan ikan dan sortir (pemilihan ikan yang besar dan kecil- red). “Pekerjaan saya hanya memberi makan ikan dan sortir (pemisahan ikan kecil dan besar- red),” kata Rio.
Menurut Ir. Iman Djuniawal, Kepala Seksi Budidaya dan Pengembangan Produksi Provinsi Papua, ada 700 keramba saat ini yang sedang dikembangkan oleh masyarakat disekitar Danau Sentani. Dimana dalam satu kelompok terdiri 10 orang dengan pertimbangan hubungan kekerabatan atau keluarga terdekat.
Untuk mengembangkan dan membantu kelompok usaha budidaya ikan keramba di Danau Sentani, Dinas perikanan dan kelautan Provinsi mengembangkan program Propekan (program peningkatan produksi ikan), yang berorentasi eksport. Program Proksimas (program peningkatan produksi masyarakat), orentasinya untuk pemenuhan gizi dan kebutuhan konsumsi ikan masyarakat dan program Prolinda (program perlindungan sumberdaya ikan), artinya disamping berbudidaya ikan, tetap menjaga kelestarian lingkungan. Dana yang dikucurkan dalam pengembangan ikan air tawar ini sebesar 1 Milyar. “Kita tidak memberi bantuan dlam bentuk uang tunai, tetapi dalam bentuk perlengkapan keramba, seperti memberi dua buah jaring keramba, satu penampung pembibitan, 1000 ekor benih dan beberapa karung pakan ikan,” kata Iman. (Jon/ CR 7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar