![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJV7ikcjHEKlgojBHTZ_Bk1mAFGh9rcStTz2HWqKoRVUG80rm7B5-PNC0oIunzwA0mFragyaml_pJcprmMBDw1OtJIqW446hAtcdNKSgZ8HhusCEt8e0kDKp9W0pi24kYv9oksfChvTsY/s320/Perahu+Kalkote,+perahu+Rakitan+mahasiswa+Fakultas+Teknik+Uncen+(2).jpg)
Perahu Kalkote, Transportasi Alternatif
Festival Danau Sentani (FDS), yang berlangsung dari tanggal 19 hingga 23 Juni menampilkan sejumlah karya, dari sejumlah peserta, baik yang bernuansa budaya, seperti hasil pertanian, makanan khas Papua, tarian, ukiran, kerajinan tangan, maupun batik Papua sebagai komoditi baru daerah ini, hingga inovasi baru dari kalangan akademisi.
Salah satu yang paling menarik perhatian pengunjung adalah kreatifitas mahasiswa Teknik Mesin, Universitas Cenderawasih, berupa perahu yang memanfaatkan sepeda motor sebagai mesin penggeraknya.
“Berawal dari keinginan untuk ikut berpartisipasi di FDS. Mereka (Mahasiswa-red), mulai berfikir untuk membuat sebuah karya, yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat pulau. Kami melihat kesulitan masyarakat di seberang pulau, terutama di daerah kawasan danau Sentani, dimana pada saat mereka mau bepergian ke pasar atau menyeberang, memakan waktu lama, karena masih harus menunggu, angkutan perahu yang terbatas jumlahnya. Jadi sebenarnya ini adalah ide tiba-tiba dari mahasiswa kata Ir. Harry A. Hussein, sang dosen.
Perahu ini merupakan teknologi tepat guna, dengan mengadopsi teknologi Wind surfing,” kata Harry. Bahan yang dipergunakan untuk membuat perahu ini cukup sederhana, yaitu mempergunakan kayu, triplek dan fiberglass. “Bahan material yang ada kita maksimalkan, cuma ada beberapa material yang cukup mahal seperti fiberglass,” kata Dosen Mekanika Fluida Uncen ini. Menurut Harry, berdasarkan ujicoba yang telah dilakukan perahu ini mampu mengangkut beban hingga 500 kg.
Kelebihan perahu ini bisa digunakan di dua tempat yang berbeda. di sungai mesin sepeda motor dapat menjadi pengerak, sedangkan di darat motor yang menempel di perahu dilepas, dan motor tadi dapat digunakan. “Dengan motor model ini, aktifitas warga jauh lebih cepat. Jadi setelah mereka sampai diseberang, mereka tidak perlu menunggu taksi atau ojek, namun mereka langsung menggunakan motor yang dipasang di perahu tadi sebagai alat transportasi, bahkan dapat digunakan di laut. Jadi transportasi alternatif ini sangat menguntungkan penggunanya,” kata Harry.
Kelemahan dari perahu ini menurut salah seorang mahasiswa, yang ikut merancangnya adalah masalah kecepatan, yang tidak secepat perahu motor pada umumnya.
Proses Pembuatan
Perahu yang oleh Gubernur Papua Barnabas Suebu, SH, diberi nama Kalkote ini proses pembuatannya membutuhkan waktu satu bulan. “Perahu ini harganya 15 juta, tanpa mesin,” kata Harry. Buah karya ini diciptakan oleh mahasiswa jurusan Teknik Mesin D3, tahun ke dua atau semester empat. Awalnya pembuatan perahu ini melibatkan enam orang mahasiswa, namun dalam perjalananya mendapat apresiasi dari mahasiswa lainnya 15 orang. “Setelah melibatkan mahasiswa lainnya proses perampungannya hanya memerlukan waktu satu bulan, padahal pada saat itu mereka sedang ujian, bahkan karena terlalu antusias mereka kerja sampai jam 2 malam,” kata Harry.
“Kedepannya kami berharap mereka lebih semangat dalam berinovasi. Sehingga nantinya mereka akan keluar sebagai teknisi-teknisi handal. Kami dan dosen lainnya hanya memback- up mereka,” kata Harry. (Jon/CR 7- Pat/CR 8)
Berpacu dgn Waktu
BalasHapusMemang itu adlh slh 1 technologi tepat guna yg memang tepat utk dipergunakan pada tempat seperti itu (Danau)
Designe By REMEN UNCEN FT.07
Herry A. Husein,Eddy Sanadi,Novyan Simunapendi,Ely Ruben Finkrew, Ricky,Alfredo Rumbiak,Adriyansen Tablaseray,Eka Rianto,Thomas,Petrus Mofu dkk
baru saya tidk ada nama ...yabg cari dana siapa ..??
BalasHapus