Kamis, 10 Desember 2009


CERAHNYA BISNIS KOS- KOSAN

Tingginya permintaan hunian sewaan di Jayapura menjadi peluang usaha yang prospektif. Tak heran, harga sewaan diatur suka- suka

Kota Jayapura, merupakan pusat semua kegiatan. Mulai dari pelaku bisnis, ekonomi, tenaga kerja dan pendidikan dapat ditemukan dengan mudah. Karena itu, terjadilah penumpukan dan migrasi besar- besaran di pusat kota.

Kian bertambahnya jumlah jumlah penduduk di Kota Jayapura membuat tempat hunian sewaan menjadi pilihan utama yang diburu. Para pebisnis tempat tinggal tentu saja menangkap peluang ini Dengan membangun rumah kos- kosan. Bangunan yang berukuran 3x4 meter ini menjadi kebutuhan tidak hanya pelajar, tetapi juga pekerja bahkan yang berkeluarga sekalipun. Bangunan petak ini dapat dengan mudah ditemui sudut dan pusat Kota Jayapura. Tarif perbulannya tergantung dari fasilitas yang disediakan dan tempat yang strategis menjadi tolak ukur tarif, berkisar antara Rp 250ribu sampai Rp 500ribu.

H. Rajiman, pemilik kos di jln. Engros, Kali Acai- Abepura ini, yang ditemui Foja mengatakan, ia sudah menekuni bisnis kos- kosan dan membangun sejak tahun 2006 lalu. Saat ini ia sudah memiliki 34 buah kamar kos untuk disewakan dengan tarif Rp 350ribu/bulan. Rajiman hanya menyiapkan gedung dan kelancaran air menjadi perhatian utama demi kepuasan konsumen/penyewa. Dalam ruangan kosnya, terdapat ruang tamu dan kamar tidur. Ia memberlakukan aturan kepada penyewa hanya barang elektronik yang bisa dibawa, seperti televisi, dispenser, kipas angin dan strikaan. “Kalau komputer nga boleh, karena daya listrik tidak mampu,” jelas Rajiman.

Siapa sangka bapak beranak 7 ini bisa mengubah hidupnya, menjadi pengusaha kos- kosan. Awal mulanya Rajiman hanyalah seorang kuli bangunan dan istrinya penjual jamu keliling. Namun melihat peluang, akhirnya ia mendapat penghasilan yang cukup menakjubkan. Hasil dari bisnisnya itu dapat menyekolahkan anak- anaknya sampai keperguruan tinggi. “Saat ini pendapatan bersih Rp 8 juta/bulan”

Foja menemui Satrio, salah satu penyewa kos- kosan milik Rajiman. Setiap bulan ia harus menyisihkan uang hasil kerjanya untuk pembayaran kos Rp 350ribu/bulan. Satrio mengaku senang tinggal di kos tersebut karena air lancar dan keamanan juga terjamin. “Harga kos saya pikir sudah cukup ideal,” kata bapak beranak satu ini.

Menurut Drs. Benhur Tomi Mano, MM, Kepala Dinas Pendapatan Daerah, Kota Jayapura, kota Jayapura merupakan pusat menimba ilmu dan pusat dunia bisnis lainnya. Oleh sebab itu, kebutuhan tempat tinggal menjadi kebutuhan utama. Hal ini berdampak pada pembangunan kos- kosan yang menjamur. Bermain di bisnis kos- kosan memang peluang usaha yang menjanjikan. Harga kos tidak pernah turun, bahkan bisa naik setiap tahun.

Meski demikian, Mano mengakui, sampai saat ini belum ada Peraturan daerah khusus tentang rumah kos, karena draff desiq belum ada. Kendati belum ada peraturan yang mengatur, pengusaha kos- kosan diharapkan untuk mengurus surat perizinan yang disebut SITU (Surat ijin tempat usaha- red), dari surat ijin tersebut menjadi acuan untuk mendapatkan pemasukan pendapatan daerah. “Tetapi kita memberi surat ijin SITU, karena ada nilai ekonomisnya dan income bagi pemilik kos tersebut. Inikan sejenis usaha, seperti usaha kateringan juga yang ada untungnya,” jelas Mano.

Pendapatan daerah melalui kos- kosan bagi Kota Jayapura sangat signifikan, setiap tahun meningkat. Tahun 2008 saja over target Rp 8.567.009.117 milliar, tetapi hasilnya mencapai Rp 28.500 juta dengan realisasi Rp 37.067.009.117 dan tahun 2009 target Rp 35.435.500.000 dan relaisasi sampai 15 Juli Rp 20.196.813.667 miliar. “Sangat spektakuler, hasilnya per 15 Juli ini mencapai 56,99%,” bangga Mano.

Menurut Mano, keberhasilan yang didapat karena sistim yang digunakan, yaitu intenfikasi dan ekstenfikasi. Intenfikasi dilakukan melalui aturan- aturan yang sudah ada, yang sudah berlaku ditingkatkan lagi, sedangkan ekstenfikasi yaitu mencari metode baru. Selain itu pengawasan dan penertiban, baik secara interen dan eksteren, yaitu Pengawasan di lapangan dan di kantor. Ia bersyukur mengingat apa yang dilakukan selama ini selalu berhasil, seperti target perencanaan tahun 2005, target yang akan dicapai Rp 19 milliar dengan realisasi Rp 20 milliar, tahun 2006 target Rp 22 milliar dengan realisasi Rp 23 milliar dan 2007 target kota Rp 25 miliar dengan hasil yang dicapai Rp 28 milliar. Jadi pendapatan naik terus meskipun potensi di Jayapura tidak bertambah, tetapi surplusnya selalu meningkat. “Saat saya masuk (menjabat) pendapatan mengalami peningkatan dan terjadi surplus yang luarbiasa. Itu akibat dari Pengawasan dilapangan dan pengawasan dikantor secara baik,” kata Mano. (Jon/CR 7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar