![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgY7gJeOqIN_8LWeeCfnfhx2eGu_BtpMZuWyVqcE8ZgP0OdaxGV5wLr8mgcWNR20Hxs_-e8KSLbBkzcEJDselBDizUzm7CmFplZQqKExGfnYZovYEh8LTlKfvFzMW_8STlijMRxUzzP6rU/s320/Elisabet+Kaay,+BC.Ip,+S.Sos+(9).jpg)
KEJUJURAN KUNCI MELAYANI MASYARAKAT
“Terus berkarya itulah yang ada di dalam benaknya demi pemberdayaan orang- orang Papua”
Pintu ruangan kerjanya selalu terbuka, tampak susunan berkas map yang tersusun apik dengan setangkai bunga plastik menghiasi meja tugasnya semakin mempercantik ruangan. Suasana ruang kerja nan nyaman jauh dari kebisingan di tambah terpaan kipas angin nan sejuk menambah suasana semakin nyaman. Apalagi dinding ruangan yang baru dicat kuning serasi dengan warna gorden semakin membuat betah untuk bekerja dan berkreasi. Perawakannya yang tegas dan tidak kompromi dengan dosa, membuat Ia dihargai dan dihormati oleh semua orang yang mengenalnya, terlebih stafnya.
Sebagai kepala BAPAS sikapnya yang ramah, mengayomi dan murah senyum membuat orang- orang disekitarnya merasa nyaman. Elisabet Kaay, BC.Ip,.S.Sos namanya. Kepala Balai Pemasyarakatan (KABAPAS) Jayapura sudah dalam genggamannya. Sebuah jabatan yang tidak didapat secara instan, namun melalui tahap dan proses pengabdian yang panjang, sehingga saat duduk sebagai ‘kepala’ membuat Ia semakin matang dalam mengambil tindakan dan keputusan menyangkut kepentingan orang banyak. “Kejujuran kunci utama kita bekerja, sehingga menjadi bermanfaat dan berguna bagi masyarakat,” kata suami dari Hendrik Y. Rumsayor ini.
Wanita kelahiran Jayapura, 7 September 1959 ini menapaki karirnya dengan menimba ilmu di pulau jawa, di Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP) Jakarta, tanpa membuang waktu tahun 1982 di wisuda. Setelah menyelesaikan kuliahnya Ia tidak lansung pulang ke tanah Papua, kampung halamannya, namun tahun 1983 langsung diangkat menjadi Pegawai negeri sipil (PNS) sebagai staf KPLP di Lapas Klas I Wanita Tangerang selama dua tahun. Setelah mengabdi di pulau Jawa dengan banyaknya ilmu yang didapatkan, rasa kerinduan dan keinginan melayani kampung halaman menyelimutinya relung hatinya, akhirnya pada tahun 1985 kerinduan tersebut terjawab dan bertugas langsung di Lapas Klas IIA Jayapura sebagai Bagian Pengelolaan. Pelayanan yang diberikan untuk pemberdayaan orang asli Papua tidak hanya pada satu tempat saja, namun keinginan untuk melayani seluruh Papua memenuhi relung hatinya, selama 9 tahun melayani di Lapas Klas IIB Manokwari sebagai staf KPLP dan 14 tahun di Lapas Klas IIB Nabire sebagai Kasi BINADIK. Berbekal pengalaman dan pengabdian yang tulus akhirnya 6 September 2009 dilantik sebagai KABAPAS Jayapura. “Jabatan saat ini diperoleh berkat kerja keras dan berkat pertolongan Tuhan,” kata wanita asal Nafri ini.
Agenda kerja
Sejak dilantik 6 September 2009 lalu, sejumlah agenda siap dikerjakan. Salah satu bentuk terobosan dalam melayani masyarakat adalah diadakannya peradilan anak di Papua. Maksud dengan adanya peradilan anak maka setiap anak yang mendapat kasus dengan putusan hakim anak tersebut dikembalikan kepada orangtuanya masing- masing guna dilakukan pembinaan, tentunya tetap dalam pengawasan BAPAS. Peradilan anak sangat bermanfaat karena seorang anak merupakan masa depan generasi yang harus dipersiapkan dengan baik. “Tahun lalu ada 65 orang yang dikembalikan kepada orangtuanya dan sekarang sampai bulan Agustus ada 65 orang yang telah dikembalikan kepada orangtuanya, karena kita tidak mau seorang anak dipenjara bersama orang dewasa, bisa- bisa anak tersebut bisa lebih jahat lagi. Kita kan mengurus masyarakat yang sudah dikucilkan yang dianggap sampah masyarakat. sekarang tugas kita bagaimana membina dia, sehingga saat kembali ke masyarakat menjadi orang yang berguna,” kata wanita beranak 6 ini.
Kedua kontribusi kantor BAPAS bagi masyarakat dan pemerintah. Contoh ada cleaning service orang asli Papua dengan latarbelakang orangtuanya tidak mampu langsung dibiayai kuliahnya dari awal sampai wisuda. Pelayanan tersebut merupakan komitmen Kabapas bersama stafnya untuk orang asli Papua. Ketiga harus ada lapas anak di Papua. Elisabet prihatin sampai saat ini belum ada Lapas anak di Papua, padahal kenakalan anak di Papua semakin meningkat. Oleh sebab itu dibutuhkan satu wadah guna menampung kenakalan anak tersebut. “Kami mohon supaya ada perhatian gubernur agar Lapas anak diadakan di Papua demi penyelamatan generasi muda Papua. walaupun kita vertikal tetapi kontribusi tetap kita berikan untuk Pemda,” kata wanita yang bersekolah di SPG Negeri Jayapura ini. “Membina orang yang tidak baik menjadi baik itu berat, butuh pengorbanan yang ekstra. Jadi tidak cukup kita duduk sebagai pimpinan tetapi mereka butuh perhatian. Kita bisa menempatkan diri sebagai orangtua, kakak atau adik,” katanya.
Begitu banyak agenda besar yang akan dan telah dilakukan untuk masyarakat tidak berarti melupakan kesejahteraan stafnya. Sejak menjabat sebagai Kabapas ‘Koperasi Pengayoman’ mulai akif, dengan dana sudah mendekat Rp 100juta. Keberadaan koperasi ini sangat memberi kemudahan bagi pegawainya, sehingga ada yang memanfaatkan untuk kredit motor dengan mendapat pinjaman dari koperasi tersebut. Tidak hanya itu sumbangan sukarela bagi golongan tiga dan dua dilakukan setiap bulan, sehingga memberi banyak manfaat bagi staf itu sendiri. Keharmonisan kerja sangat dijunjung tinggi, sehingga terjadi hubungan yang baik antara atasan dan bawahan. Bahkan dirinya siap dikoreksi oleh bawahannya saat ada sesuatu yang dianggap kurang pas. Semuanya itu dilakukan dengan penuh rendah hati demi keberhasilan dan pencapaian hasil yang memuaskan. “Salah satu contoh, pintu ruangan saya tidak pernah dikunci, selalu terbuka. Ini pertanda keterbukaan saya bagi siapa saja dan tidak perlu ada rahasia,” kata Elisabet yang mendapat penghargaan setelah setahun masa bertugasnya menjadi terbaik mewakili Papua dalam rangka peringatan hari pemasyarakatan. Wanita yang tidak pernah merasakan uang Otsus tersebut berharap “Kalau boleh wilayah- wilayah ‘basah’ harus dipegang seorang wanita guna menekan angka KKN di Papua,” kata wanita yang memiliki motto ‘Setia dalam bekerja, jujur, diberkati dan menjadi berkat bagi orang lain’. (Jon/CR 7)